Dilansir dari Kontan.co.id, Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan penghuni baru. PT FAP Agri Tbk secara resmi mencatatkan saham perdana atau listing pada perdagangan pertama di 2021, Senin (4/1).
Pada perdagangan perdananya, emiten dengan kode FAPA itu langsung menguat 25% ke harga Rp 2.300 dari sebelumnya Rp 1.840 per saham. Adapun volume perdagangannya mencapai 3,32 juta saham dengan nilai perdagangan mencapai Rp 7,54 miliar. Adapun saham itu diperdagangkan sebanyak 666 kali.
Oleh karena melesat hingga 25%, saham FAPA mentok batas auto rejection atas (ARA). Menurut aturan perdagangan BEI, saham dengan harga acuan Rp 200 hingga Rp 5.000 akan terkena ARA jika kenaikan harganya mencapai 25%
FAPA melepas 544,41 juta saham atau setara 15% dari modal dan disetor setelah penawaran umum perdana saham. Adapun saham baru itu ditawarkan dengan harga Rp 1.840 per saham.
Dengan demikian, FAP Agri mengantongi dana Rp 1 triliun melalui initial public offering (IPO). Adapun dalam melakukan proses penawaran tersebut FAPA menggandeng PT BCA Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Mengutip keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk pembayaran utang bank.
Direktur Utama FAP Agri Donny mengatakan, sebagai perusahaan yang tercatat di bursa, FAPA akan mendapatkan akses pada sumber pendanaan yang lebih luas dan berpeluang untuk mengembangkan usahanya. Ini akan menguntungkan di tengah bisnis minyak kelapa sawit yang memiliki potensi besar.
“Permintaan internasional yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia, tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan minyak nabati yang lain, dan gencarnya kampanye penggunaan biofuel secara nasional dan global,” ungkap Donny dalam siaran pers, Senin (4/1).
Asal tahu saja, saat ini FAPA mengoperasikan perkebunan dan fasilitas pengolahan kelapa sawit melalui para entitas anaknya yang berdomisili di Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Riau.
Adapun per tanggal 31 Mei 2020, entitas anak telah mengelola total lahan tertanam seluas lebih dari 86.000 hektare dan dengan penguasaan lahan lebih dari 110.000 hektare yang tersebar di Kalimantan dan Riau, lima unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas sekitar 285 ton/jam, dan satu unit pabrik pengolahan inti sawit (Kernel Crushing Plant).